Jumat, 02 Mei 2014

MERINTIH



MERINTIH

Aku mendengar jelas rintih berpedih hujan yang terhalang turun oleh mendung: Turunkan aku. Aku telah berpisah dari tempat mengnyingkap kerinduan, tempat mengungkap kecintaan. Tak ada dosa bagiku menumpahkannya.

Sayang angin kejam menerbangkan dari tiap telinga tuli dan membawanya menjauh pergi. Hanya yang pernah merasakan yang pahami nilai kesakralannya.

Dia mulai merintih lagi: Turunkan aku. Dari sini aku tak akan tersentuh oleh benih yang meranggas, sumur yang kehausan dan tanah yang melapar.


Sayang, mendung terus menahannya, angin terus abaikannya. Hanya ditangan si ahli rintih itu berubah senyuman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar