MERINTIH
Aku mendengar jelas rintih berpedih
hujan yang terhalang turun oleh mendung: Turunkan aku. Aku telah berpisah dari
tempat mengnyingkap kerinduan, tempat mengungkap kecintaan. Tak ada dosa bagiku
menumpahkannya.
Sayang angin kejam menerbangkan dari
tiap telinga tuli dan membawanya menjauh pergi. Hanya yang pernah merasakan
yang pahami nilai kesakralannya.
Dia mulai merintih lagi: Turunkan
aku. Dari sini aku tak akan tersentuh oleh benih yang meranggas, sumur yang
kehausan dan tanah yang melapar.
Sayang, mendung terus menahannya,
angin terus abaikannya. Hanya ditangan si ahli rintih itu berubah senyuman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar