MERISAU
Kindahan
itu menyeruak dari kesunyian dan aku terhenyak, akal bebalku tak bisa ungkap
kejelasan itu. Kata akal pada mata dan telinga: siapa yang datang bersama
kepulan asap dan suara kuda menderap. Tolong jabar rahasianya padaku!
Dimula
kedatangannya, dia bak raja berwibawa dengan kereta kencana dan kuda-kuda
gagahnya. Anehnya mata di masih terpejam dan telinga tersumbat. Lebih aneh saat
dia mau membuka, ada debu yang dibiarkan bertabur dimata, ada gemerincing diabai
yang gaduhkan telinga. Mata dan telinga berjalan mengendap merayap dan terkapar
menyerah.
Kata
mata dan telinga pada akal: Aku tak berdaya. Dia terlampau perkasa tuk
kutundukkan. Kusunyikan mata dan telinga dari keinginan diri. Kukosongkan lidah
dari perkataan yang meninggikan diri.
Kata
kindahan: Begitulah sebaiknya. Akalmu tak
mampu melukis rahasiaku lewat pandangan matamu. Aku sedang menuju hatimu
biarkan dia terbuka. Aku akan bermukim di sana. Dari sana aku akan mendudukkan
pemahaman pada akalmu dan kunyatakan rahasiaku pada prilakumu meski hanya
sedikit yang tertampung. Biarkan orang terkagum dengan sesuatu yang bernyata
dalam tingkahmu bukan oleh lidah yang mengungkap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar