Minggu, 15 Juni 2014

TURUNLAH DARI LANGITMU


TURUNLAH DARI LANGITMU

Dalam kembara jiwaku, kutemukan jejiwa yang telah paham bahwa dirinya berpaham. Untuknya, kurelakan jiwaku jadi hamparannya buat berjalan atau menjadi hambanya atas semua kemauan dan kehendaknya.

Lalu kenapa para belio bernyaman sembunyi dan berbetah dalam kediaman, membiarkan si tak tahu kalau dirinya tak tahu berteriak lantang sekeras gelombang dan berdiri tegak setangguh gunung batu.

Duhai para guru, bersuaralah! Jika engkau mengekang lidahmu tuk tak berkata, lalu siapa yang akan menerbitkan mentari pemahaman? Yang tersisa dari kami dan mencoba berkumpul dalam padang pengenalan, hanya jejiwa yang tahu kalau dirinya tak tahu. Turunlah dari langitmu, duhai para guru.

SELAMATKAN DIRIMU DARI LIDAHMU


SELAMATKAN DIRIMU DARI LIDAHMU

Hentikan langkah laju lidah yang menderap, jika yang dikatakan hanya kedustaan. Mengapa engkau katakan sesuatu yang tak di lihat pandanganmu, yang tak di dengar pendengaranmu, yang tak di paham kepalamu dan tak di rasa di hatimu?

Atau jika yang engkau ketahui hanya sedikit, yang di lihat dan yang di dengar baru sebagian dan rasa di hatimu tumpul, mengapa tak engkau kekang lidahmu? A yo...Selamatkan dirimu dari lidahmu.

Duhai lidahku, dengar nasehat ini: Jika kindahan yang engkau kagum berhenti di batas penampakan saja, bagaimana engkau akan cintai keayuan yang berletak di balik wujud? Jika kemerduan yang engkau kenali berhenti di ujung suara, bagaimana engkau akan paham kelembutan yang bersembunyi di balik suara?

 Engkau tak ketahui, batas sesuatu yang diketahui dan engkau juga belum mengetahui akhir sesuatu yang tak di ketahui. Jika telah melewati fase ini, bersuaralah lantang!


Jumat, 13 Juni 2014

SELAMATKAN DIRIMU DARI DIRIMU


SELAMATKAN DIRIMU DARI DIRIMU

Aku bisa menjadi tali yang mengikat segala kemauan dan kehendakmu, kemudian dengan segala kehampaan dirimu, kuhamparkan engkau serupa permadani tanpa lukisan mendatangi tempat menujumu: sang pelukis.

Lalu kenapa engkau berusaha melepas ikatan yang telah kuikat kuat, kecintaanmu pada kemauanmu dan kerinduanmu akan kehendakmu membuat ikatannya menjadi terlepas. Engkau akan di perbudak. Engkau menjadi hamba dari kemauan dan kehendak dirimu. Permadanimu penuh noda.


Andai engkau tak berusaha melepas ikatannya, engkau telah terselamatkan dari tirai tebal yang menabiri dirimu. Selamatkan dirimu dari dirimu.

MENYEPI DI SUDUT TAFAKUR


MENYEPI DI SUDUT TAFAKUR

Saat keharuman menyentuh penciumanmu, itu pertanda kebusukan yang hendak engkau tinggalkan semakin menjauh. Jarak yang merintang semakin terlipat. Waktu yang membatas semakin berdekat.

Ya, hanya butuh sejengkal dari jarakmu engkau akan melihat wajah keharuman yang dinanti itu. Ya, hanya sesaat lagi dari waktumu, engkau akan mendatangi tempat menujumu. Bersabarlah sebentar.

Lalu, kenapa masih bersedih serupa daun-daun jatuh berguguran dan menyepi di sudut tafakur? Masihkah ingkari penciumanmu sendiri?


Kata guru: Jangan serupa sibuta yang telah mencium wewangian kemudian menyangka tak ada wujud di balik wewangian.

Kamis, 12 Juni 2014

DIA SUDAH MENGAMBIL JIWANYA SEBELUM RAGANYA DI PANGGIL


DIA SUDAH MENGAMBIL JIWANYA SEBELUM RAGANYA DI PANGGIL

Siapa yang telah letakkan namaNya di lidahnya, hingga di setiap waktu dia memperjalankan lidahnya untuk menyebut namaNya?

Siapa yang telah letakkan wajahNya pada penglihatannya, hingga di setiap memandang, dia hanya melihat wajahNya?

Siapa yang telah letakkan kecintaan pada hatinya hingga dia senantiasa merindu berkepanjangan?

Kata guru: Tuhan sudah mengambil jiwanya sebelum raganya di panggil. Dia sudah mati bagi penduduk dunia. Inginkah hidup yang demikian duhai muridku?


Rabu, 11 Juni 2014

KEPADA SETANGKAI MAWAR PUTIHKU


KEPADA SETANGKAI MAWAR PUTIHKU

Duhai putriku, di hari yang lalu dirimu telah kucipta menjadi setangkai mawar putih merona. Kindahanmu mengagumkan setiap mata memandang. Kindahanmu tersebar sampai keluar taman hingga siapapun tertarik mendatangi taman bebungaku.

Tapi entah aku lalai dalam pengawasanku atau engkau salah bertempat hingga engkau tak bisa buktikan kindahanmu lagi. Engkau layu dan terbuang sekarang.

Duhai putriku, rasa sukurmu atas apa yang ada, dapat menghadirkan apa yang tiada tapi bersedih atas apa yang tiada, dapat meniadakan apa yang telah ada dalam dirimu.


Duhai putriku, jangan bersedih lagi seperti kekasih yang ditinggal pergi. Masih ada harapan terbangun megah jika engkau bersukur atas apa yang sudah ada.

Senin, 09 Juni 2014

HATIMU TERSELIP KEHARUMAN YANG LAIN


HATIMU TERSELIP KEHARUMAN YANG LAIN

Duhai putriku, saat mawar sembunyikan kindahannya dari pandanganganmu dan melati simpan keharumannya dari penciumanmu. Jangan salahkan mereka.

 Jangan pula marah dan merintah mentari melayukan atau angin menjatuhkan kemudian tanah menelannya.


Kata guru: Kenapa tidak mencurigai dirimu sendiri? Hatimu terselip kindahan dan keharuman yang lain hingga yang dekat tak engkau perhatikan.

Minggu, 08 Juni 2014

HARGA SETANGKAI MAWAR ADALAH JIWAMU


HARGA SETANGKAI MAWAR ADALAH JIWAMU

Duhai putriku, jangan meresah atas batang mawar yang engkau tanam belum atau tiada berkembang. Bukan karna mentari yang terlalu garang menyinar atau bulir hujan yang terlalu menderas.

Engkau masih belum mengerti kandungan rahasia yang tersimpan, hingga dia menunda sampai engkau memahaminya. Karna hanya pada tangan si ahli saja, kesakralannya dapat di mengerti.


Tahukah engkau duhai putriku, harga setangkai mawar yang kan di petik adalah jiwamu. Jiwa merindumu yang berkepanjangan dan jiwa mencintamu yang mendesakmu.

LUPAKAH DENGAN NYANYIAN KEABADIAN ITU

LUPAKAH DENGAN NYANYIAN KEABADIAN ITU

Duhai putriku, lupakah dengan nyanyian keabadian yang senantiasa kudendangkan di telinga jiwamu? Sengaja kuulang dan kuulang agar engkau mendudukkan apa yang di dengar di kursi pemahamanmu.

Lalu kenapa kesementaraan ini sebagai tempat menujumu dan aku lihat engkau bernyaman di sini? Jika engkau katakan tidak, lalu kenapa engkau berhenti dan akhiri pencarianmu?


Kata guru: Engkau sedang tertidur. Selimut kenyamanan pulaskanmu. Satu-satunya jalan agar engkau terbangun singkap selimut keterlelapanmu. 

Sabtu, 07 Juni 2014

MAWAR DAPAT TUMBUH HANYA DENGAN MENANAM BATANGNYA



 MAWAR DAPAT TUMBUH HANYA DENGAN MENANAM BATANGNYA

Duhai putriku, jangan menggali lubang tuk membaringkan jiwa pemberanimu, tapi siapkan lubang yang teramat dalam hingga siapapaun tak dapat mencium aroma busuknya. Lubang tuk mengubur jiwa penakutmu.

Duhai putriku, mawar dapat tumbuh hanya dengan menanam batangnya dan keharuman melati hanya dapat tercium jika langkah sedang mendekat taman. Kesulitan apa yang di takuti?

Meski tak dapat terbang, burung dapat engkau tangkap dengan menebar jaring. Meski tak mahir menyelam, ikan berenang dapat dapat engkau himpun dengan jala nelayan. Tak ada yang mustahil bukan?


Ayo... bangkitkan jiwa pemberanimu setelah lama engkau baringkan.

BEBASKAN AKALMU YANG SESEMPIT KOLAM


BEBASKAN AKALMU YANG SESEMPIT KOLAM

Duhai putriku, jangan pergauli akalmu dengan pikiran yang membatas dan pikiran yang menyempit. Itu membuat akalmu melemah tak berdaya.

Padahal tiada kemustahilan bagi akalmu jika mau bergaul dengan apa-apa yang telah Dia letakkan pada hatimu.


Tahukah duhai putriku, apa yang membuatmu akalmu sesempit kolam dan berkubang di dalamnya, kemauan egolah yang membatas dan menyempit pikiranmu.

Jumat, 06 Juni 2014

JANGAN SEMBUNYIKAN BERADAKU DARI PANDANGANMU


JANGAN SEMBUNYIKAN BERADAKU DARI PANDANGANMU

Duhai putriku, jangan sembunyikan beradaku dari pandanganmu! Jangan sembunyikan suaraku dari pendengaranmu!

Aku melihat dari hatimu siapa yang merebah pada pandanganmu? Apa yang berlabuh pada telingamu?


Tempat menujumu jangan berletak di sana. Tempat itu menjanji kenyamanan dan aku takut engkau terlelap. Tempat itu menjanji kepastian dan aku khawatir engkau terpulas. Karna tempatmu bukan di sana.

SAAT TERLEPAS DARI IKATAN PERKATAAN


SAAT TERLEPAS DARI IKATAN PERKATAAN

Duhai  putriku, aku melihat dengan berbangga, engkau mengatakan kindahan mawar dan wangi melati, tanpa titik apalagi koma.

Dan aku melihat dari dalam hatimu, lidahmu telah terlepas dari hati yang mengikatmu. Perkataanmu tak tersinari dari terang mentari hatimu. Ucapanmu kosong dari isi.

Duhai putriku, kemauan kerasmu dalam  merasai ketersingkapan pengetahuan di balik huruf dan perkataan adalah sebentuk kebodohan. Karna dia tak dapat di singkap oleh siapapun dan dengan cara apapun.


Saat dirimu terlepas dari keterikatan huruf dan perkataan, dia sendiri akan membuka kandungan dan rahasianya untukmu. Saat dirimu merendah, dia sendiri akan turun dari ketinggiannya hingga engkau dapat melihat dan merabanya.

Kamis, 05 Juni 2014

DIA HANYA KABUT YANG MENYAMARKAN PANDANGANMU


DIA HANYA KABUT YANG MENYAMARKAN PANDANGANMU

Duhai putriku, saat tali kesempitan menjerat leher dan batu-batu kesulitan menindih dadamu hingga karnanya sulit bernafas.

Duhai putriku, jangan bersikap serupa sibuta yang kehilangan tongkat tuk berjalan atau seperti situli yang kehilangan alat mendengar tuk mendengar.

 Petik gitarmu dan nyanyikan tembang kecintaan sebagai tanda suka citamu. Dia hadir untuk mengenalkan yang engkau lupa. Dia hendak meninggikan tempatmu dengan mendidikmu dimana engkau bertempat sekarang.

Kata guru: Hadapi saja! Jangan takut. Dia hanya kabut yang menyamarkan pandanganmu yang akan beranjak pergi seiring terbitnya cahaya pemahamanmu.


BERIMBUN DARI PANASNYA KETIDAKTAHUAN


BERIMBUN DARI PANASNYA KETIDAKTAHUAN

Duhai putriku, jangan bersegera keluar dari kemah gurumu. Di sini engkau dapat berteduh dan berimbun dari panasnya ketidaktahuanmu. Di sini engkau dapat membasuh dan berbesih dari semua keruh jiwamu. 

Abaikan rasamu sebentar yang ingin berbagi. Matamu masih belum bisa melihat, lalu pertolongan apa yang di harap tuk sibuta yang rindu tuk di tuntun? Telingamu masih belum mendengar, lalu bantuan apa yang dapat di beri tuk situli yang rindu tuk di bimbing?

Yang kutakutkan, sebentar keluar dari kemah,angin kencang akan menghempas dan menjatuhkanmu. Panas menyengat akan membuatmu tak dapat bertahan. Dan sekian banyak godaan lagi yang engkau tak berdaya mengatasinya.

Kata guru: Menjadi murid bukanlah pilihan tapi panggilan. Penuhi panggilan jiwamu dengan berserah pada jiwa gurumu.


Rabu, 04 Juni 2014

DENGAN MERABA ANGIN, PARA PENABUR AKAN TAHU ARAH MATA ANGIN


DENGAN MERABA ANGIN, PARA PENABUR AKAN TAHU ARAH MATA ANGIN

Duhai putriku, kenapa terus menengok ke belakang? Kenapa bersedih atas nasi yang telah menjadi bubur? Kenapa menangisi kayu yang telah menjadi debu?

Duhai putriku, jangan menengok ke belakang lagi. Saat ini telah menanti. Tak ada jaminan engkau tak akan mengulang kesalahan yang lalu.


Hanya dengan melihat mendung, petani akan tahu kapan berhujan. Hanya dengan meraba  angin, penabur benih akan mengerti arah angin. Hanya dengan belajar dari masa lalu, engkau akan memperbaiki saat ini.

TAK MUNGKIN HARUMNYA TAK ENGKAU PAHAM


TAK MUNGKIN HARUMNYA TAK ENGKAU PAHAM

Duhai putriku, katamu engkau perindunya, kenapa nyanyian merdu sang kekasih tak di kenali? Apa yang menutup telingamu?

Duhai putriku, katamu engkau pecintaNya, kenapa wangi semerbaknya tak engkau paham? Apa yang menyumbat hidungmu?

Duhai putriku, tak mungkin suaraNya yang melembut tak engkau kenali, tak mungkin juga harumNya yang melesat tak engkau paham.


Kata guru: Dia baru berguna jika kita menerima dengan hati yang merela. Saat hati merela, Dia akan merebah pada pendengaran hingga apa yang terdengar adalah suara kindahanNya. Dia akan merebah pada penciuman hingga apa yang tercium adalah wangi semerbakNya.

DIMANA TEMPATMU DI TENGAH BERADAMU


DIMANA TEMPATMU DI TENGAH BERADAMU

Duhai putriku, kenapa engkau teriak sekeras gelombang samudra padahal dirimu masih hanya meriak ombak pada kolam?

Duhai putriku, kenapa engkau segarang macan di rimba padahal baju dan prilakumu masih serupa rubah?

Jangan begitu duhai putriku, kenali dirimu di tengah sepimu, masihkah asing di tengah pengenalanmu? Kenali dirimu di tempat ramaimu, masihkah merasa sendiri?


Kata guru: Dia sedang mengenalkan dimana tempatmu di tengah beradamu.

MELANGKAH BERSAMA ANGIN


MELANGKAH BERSAMA ANGIN

Duhai putriku, saat petir bergemuruh, jangan tutup telingamu dan saat kilat menyambar jangan pejam mata. Itu hanya pertanda hujan akan berbulir jatuh.

Duhai putriku, kenapa menakuti mereka? Apakah air hujan akan menghalang jalanmu? Kenapa menjadi pecundang? Apakah angin menderas akan merintang untuk sampai ke tempat menujumu?


Engkau punya senjata yang kan membela dan dia akan berguna jika di gunakan. Siapkan payungmu dan kembangkan daunnya. Kemudian berjalanlah di bawah hujan, melangkahlah bersama angin.

JANGAN LETAKKAN DIA DI TEMPAT MENUJUMU


JANGAN LETAKKAN DIA DI TEMPAT MENUJUMU

Duhai putriku, saat kepalamu bermahkota gemerlap dan jalanmu bertabur bunga keharuman, layakkah menerima kehormatan itu sementara kulihat upayamu biasa dan bersandarmu lemah?

Duhai putriku, jangan berbangga atas kemuliaan yang tak layak di terima. Jangan tersilau atas kerendahan yang berjubah ketinggian. Bukankah tidak semua yang bersilau itu permata?


Kata guru: Jangan letakkan dia di tempat menujumu. Tujuan sejatimu ada di suatu tempat. Lanjutkan pencarianmu!

Senin, 02 Juni 2014

HADAPKAN DIRIMU PADA HATIMU


HADAPKAN DIRIMU PADA HATIMU

Duhai putriku, buka telingamu jika suara waktu sholat menyerumu. Kubur hasrat yang menjerit dengan lubang yang engkau gali. Tutup lubang dan injak kuat dengan tanah ketaatanmu.

 Duhai putriku, dengar suara yang menyeruak: Enyahlah semua kesibukan! Ini saatku. Enyahlah semua kelalaian! Ini waktuku menggantikanmu.


Sambut dia dengan mendatangi suara yang memanggil. Hadapkan dirimu pada hatimu. Kemudian  melebur bersama mereka yang melarutkan diri pada irama yang menderas itu. Melarut menuju suara yang tak bermula, suara kesenyapan.

Minggu, 01 Juni 2014

AKU ADALAH MENTARI ILMUMU YANG BERSINAR


AKU ADALAH MENTARI ILMUMU YANG BERSINAR

Duhai putriku, aku yang di dalam dirimu adalah purnama pemahamanmu. Jangan tersilau oleh bintang yang lain. 

Duhai putriku, aku adalah mentari ilmumu yang bersinar, jangan berpaling dan mencari pengganti yang lain.

Demi tersampainya ke tempat menuju, kubiarkan engkau bertumbuh laksana pohon menjulang dan berharap menemukan ketinggian. Kubiarkan engkau bebas laksana burung terbang dan berharap menemukan makna dari kemerdekaan.

Jika  terbit bimbang yang meresah dari akalmu dan muncul ragu yang merisau hatimu, katakan saja pasti kuhapus dia dari tempat dia berasal.


Karna aku yang di dalam dirimu adalah purnama pemahamanmu. Karna aku adalah mentari ilmumu yang bersinar.