Jumat, 02 Januari 2015

TETAPLAH MELUKIS MESKI KINDAHANNYA TAK PERNAH TERWAKILI

TETAPLAH MELUKIS MESKI KINDAHANNYA TAK PERNAH TERWAKILI
Senja telah datang sahabat, ketika sepanjang siang nafas yang dihirup penuh debu ilusi dan aku tak bisa memilah mana ilusi dan mana kesejatian. Akibatnya, kaki selalu gamang melangkah, berkaitan batu mana mesti di injak, lubang mana mesti dilompati, simpang mana mesti di pilih dan jembatan mana mesti di titi...
Senja telah datang sahabat, kabut mulai turun dari lembah dan menghampar di sepanjang jalan, kindahan yang tak mampu kulukis saat mata terbuka kian memperdayaiku dalam lubang ketidakberdayaan... meski seberapa kuat rindu menggebuku tuk melukisnya, seberapa lihai fantasi menari, kanvas putih hati tetaplah kosong tanpa isi.
Senja telah datang sahabat, dan sepotong senja merah ini mengingatkanku saat kita menghadap guru dan belio berkata, tetaplah melangkah meski langkah kecil, biarlah dia yang menentukan langkah berikutnya. Dan pada tiap langkah kindahanmu tetaplah melukis meski kindahannya tak pernah terwakili.
Entah apa yang terjadi saat itu, kita hanya menangis, menangis karna tersentuh nasehat belio atau menangisi kelemahan kita...entahlah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar