AWAS
TERANGPUN BISA SILAUKAN MATA APALAGI GELAP SANGAT TERAMPIL BUTAKAN PENGLIHATAN
Dalam ramaiku sungguh kuingin sendiri
menyapa sunyi dalam keramean malah kujadi cair larut bersama hingar bingar yg
kalahkn kehendaku kehendak merekalah yang terjadi
pun
idealisme yg kubangun susah payah harus runtuh berserak disapu pusaran badai yang berhalakan sahwatnya badan hambakan sjatinya jiwa nistakan kilau nurani lemahku ajaku mundur dan lari cepat menjauh
dalam ramaiku sungguh kuingin menyepi menyapa hening dalam senyapku tergambar jelas dalam saat
sampanku menyapa gelombang kehidupan betapa saat pasang dan waktu surut cepat menyergap berubah berganti... gamang mesti bersikap bingung tentukan langkah 'duh titik
suport duh titik resistensi'
pun betapa sampanku terlampo lemah dihadap
perkasa gelombang diombang ambing sombong sang hidup paksa rendah hatiku hilang
terhempas
dihempas tanpa mampu diprediksi analisaku sungguh tumpul
kini kutambal sampan imanku yang bocor kujait layar
tulusku yang sobek kupercantik dengan basuhnya dari segala noda barangkali akan nampak berlayar lebar anggun dan gagah kembali dalam pusaran waktu berlalu dengan sejarah baru berkilau
sungguh dalam kesendirian tercipta sekian kemewahan exotik yang tak terbangun dalam keramean walau ada godaan sangat berbahaya bernama terang yang akan silaukan mata sebagaimana cobaan
gelappun butakan mata jiwa
Ah... ujung dari semua hanyalah iman yg mampu jawab smua pergumulanku dalam sepi dalam rame wahai jiwaku mau ditambah berapa lagi hingga imanmu jadi segalanya bagimu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar