IDENTITAS
APALAGI YANG TERSISA SAAT CINTA MEMBUAT JIWA MENJADI KERUH
Kulihat kau berduka saat yang lain tertawa kurasa sepimu
ditengah ramaimu padahal jamuan dunia ada dalam genggaman rasa manisnya jelas
terasa lalu apalagi yang ditangisi? Apalagi yang disedihkan?
Katamu: sekian lama telah diperjuangkan sekian waktu diupayakan aku masih saja budaknya belum tuannya masih kuletakan kecintaan dan rasa-rasa lain pada
selainnya
Aku: cinta simbolik lambatkan tuk sampai mestikah terhenti cinta majazy kadang menirai haruskah terhalang... lampoi
dan lewati cinta hakekat yang mesti terus diperjuangkan
Katamu: terlampo banyak cinta simbolik yang telah menahun dijadikn berhala dan sungguh aneh dengan sukacita aku memujanya bagai sapi perah digiring ketempat jagal aroma candunya manis
perasan susunya segar fermentasi anggurnya mampu tutup pintu hati yang seharusnya terbuka
Kataku:
identitas apalagi yang tersisa saat cinta membuat jiwa menjadi terkeruhkan...
Kuhentikan kalimatku karna mesti sembunyi dari pandangan tiap mata akupun masih
kalah... idealisme yang kugantung tinggi sepanjang hidup sering ternistakan pragmatisme sesaat cinta
yang kuhargai sepenuh jiwa baru sebatas retorika dan pemanis
bibir lalu bagaimana wajah hidupku dihadapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar