AKU
MAU MENDENGAR YANG TAK DIDENGAR TELINGA WALAU TELINGAKU TELAH TULI SEBELUM TULI
Ingin
kulukis ayunya ato kutulis anggunnya dipagi ini tapi tanganku sungguh kaku
dan ingin kukatakan seribu kindahannya yang mampu kutawan tapi lagi lidahku sungguh kelu
maka kupinjam mawar mistis atau teratai spiritual sebagai metafor kata-kata hanya menirainya sementara wilayah makna
sangat dalam hanya ditangan penyelam kedalamanlah yang mampu selami dan temukan mutiara makna
lalu siapa aku? penyelamkah
cerminku berkata tidak takutku kalahkan tujuanku takut pada duka dan air mata akan iringi kefakiran bahkan kematian akan merenggut padahal karna kasihnya dia telah ambil sumber fitnah agar langkah kaki jadi ringan tangan mudah
terulur
cerminku berkata lagi kapan lagi wahai jiwa umurmu
pendek ingin hatimu banyak sementara majelismu singkat mushafmu kau biarkn berdebu yakinmu rapuh...
akupun
berlalu pergi seiring mentari yang merambat naik walau bukan penyelam aku ingin
mendengar yang tak didengar telinga walau telinga telah tuli sebelum tuli dan
melihat yang tak dilihat mata walau mata telah buta sebelum buta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar