BETAPA SAMPAN
JIWAKU TELAH BERLABUH WALAU LAYAR TERBENTANG RAPUH
Saat ini aku tak perlu menunggu lagi
waktu yang biasa menjemput sudah menghampiri dialah waktu magrib yang kunanti
satu rindu minta dihapus satu harap
minta dipenuhi kumenanti dalam diam kusetia dalam pengharapan
tak berani tuk berharap karunia belas kasihnya
betapa lumpur
telah menenggelamkan jiwaku dalam tanah kerendahan sepanjang siangku dan karma setia menguntitku kemana kaki
melangkah
tak mengapalah kubangun pengharapan
dari serpihan berserak bukankah dosa tidak dapat menghalangi menerima
karunianya bukankah kurnianya malah menghalangi dari semua duri yang menusuk
wahai dermaga magribku telah kukosongkan sampan jiwaku dan kini tak bermuatan apa-apa
lagi betapa
hasrat hati tak dapat ditahan sungguh wajahmu terlampau rupawan lalu
bagaimana hatiku tak tertawan
wahai dermaga magribku telah kubasuh cermin hati dari segala
keruh berharap beningnya terpandang teduh dan noda kotor tak berani lagi bersinggah lalu bagaimana wajahnya tak akan
nyata terlukis bagaimana rupanya tak tersingkap jelas
dalam rasaku kubangun pengharapanku
betapa sampan jiwaku
telah berlabuh diwaktu magribmu walau terlihat layar terbentang rapuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar