Minggu, 02 Maret 2014

BETAPA SAMPAN JIWAKU TELAH BERLABUH WALAU LAYAR TERBENTANG RAPUH

BETAPA SAMPAN JIWAKU TELAH BERLABUH WALAU LAYAR TERBENTANG RAPUH

Saat ini aku tak perlu menunggu lagi waktu yang biasa menjemput sudah menghampiri dialah waktu magrib yang kunanti

satu rindu minta dihapus satu harap minta dipenuhi kumenanti dalam diam kusetia dalam pengharapan

 tak berani tuk berharap karunia belas kasihnya betapa lumpur telah menenggelamkan jiwaku dalam tanah kerendahan sepanjang siangku dan karma setia menguntitku kemana kaki melangkah

tak mengapalah kubangun pengharapan dari serpihan berserak bukankah dosa tidak dapat menghalangi menerima karunianya bukankah kurnianya malah menghalangi dari semua duri yang menusuk

wahai dermaga magribku telah kukosongkan sampan jiwaku dan kini tak bermuatan apa-apa lagi betapa hasrat hati tak dapat ditahan sungguh wajahmu terlampau rupawan lalu bagaimana hatiku tak tertawan

wahai dermaga magribku telah kubasuh cermin hati dari segala keruh berharap beningnya terpandang teduh dan noda kotor tak berani lagi bersinggah lalu bagaimana wajahnya tak akan nyata terlukis bagaimana rupanya tak tersingkap jelas

dalam rasaku kubangun pengharapanku betapa sampan jiwaku telah berlabuh diwaktu magribmu walau terlihat layar terbentang rapuh


Tidak ada komentar:

Posting Komentar