PENGANDALAN DIRIMU ADALAH BODOH
YANG MENYELINAP
Saat kepayahan mencengkram
dengan apa mesti melepas saat sekarat yang kejam
menerkam ke mana mesti bersandar
pada harta yang selalu di upayakan datangnya pada
harta yang selalu dikuatirkan hilangnya pada harta yang selalu disenangi dengan
bertambahnya pada harta yang telampau ditakutkan dengan berkurangnya
Kata sang harta: aku tak dapat menemani hanya kafan
yang bisa diberi kubuka rahasiaku yang lama kusimpan rapat tak perlu engkau
mencariku di awal aku budakmu diakhir aku memperbudakmu tak perlu engkau
mencintaiku di awal aku membuatmu tertawa di akhir aku membuatmu menangis darah
Tak perlu engkau merindukanku penuh lahirku aku pecintamu batinnku
aku musuh tersamarmu
duhai kemana
lagi harapan mesti disandarkan pada isteri dan anak tempat hasrat ditumpahkan tempat kerinduan dilepaskan tempat
kecintaan dilampiaskan
kata isteri dan anak, kami tak bisa menemani kami
hanya bisa mengantar pun hanya sampai ke liang lahat
duhai aku yang pergi bagai yang terusir tak ada bekal
berguna yang bisa dibawa padahal perjalanan masih sangat panjang akankah
selamat mendatangi ataukah sengsara menghampiri
kemana lagi harapan mesti disandarkan pada buah amal
yang pohonnya pernah ditanam pada bunga-bunga mewangi yang benihnya pernah
disemai pada dahan memayungi dimana bibit pernah di tebar
sang amalpun berkata pengandalan dirimu adalah bodoh yang menyelinap
bersandar padanya adalah pintar yang bernyata pengandalan padaku takkan
membuatmu terselamatkan tapi bersandar pada kasihnya mengantarmu ke tempat
tujuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar