TAK CUKUPKAH BUKTI INI MEMPESONAMU
DUHAI JIWAKU
Kemana harus kurangi ngilu tak tertahanku pada tangiskah? Air mata mana lagi yang tersisa jika ia telah terkuras habis bersama
persembahan yang tak
terwadahi
pada darah? Darah apalagi yang
menetes bila dia telah terkucur habis dalam rangkaian sukur yang pahit dalam
rangkaian sabar yang perih
pada pandangan mata ke ataskah dimana mimpi-mimpi harus
tercipta walau tak pernah tersibak dimana harapan-harapan mesti terus terbangun
walau tak pernah terkuak
pada pandangan mata ke
depankah dimana
pada pandangan terjauhlah pandangan hidup disandarkan masa yang paling jauh
terlalu misteri bisakah bersabar padahal ujung masih samar terlampau gelap
bahkan
pada pandangan mata ke bawahkah dimana rasa syukur mesti
dilantunkan betapa
derita kita tak berarti apa-apa dibanding mereka ya, pada pandangan mata ke bawahlah jiwa mesti ditundukkan dan
pada rimbunnya hati jiwa mesti bersembunyi
atau mungkin ngilu akan terasa biasa
jika keterikatan yang melekat telah terlepas jika obsesi yang memperbudak telah
terkikis habis jika belenggu kemauan yang merantai telah terbuka
bukankah raga ini telah mampu menahan semua
sakit apalagi kalau bukan bekas luka menganga menggurat indahnya terlukis jelas
di sekujur tubuh bukankah ini bukti mempesona bahwa jiwa telah bisa melewati
dalam diam telah mampu melampoi dalam hening
hanya nyanyian rindu mengalun sendu hanya
lantunan pengharapan mendayu sahdu inikah yang membuat hidup terus bertahan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar