Minggu, 02 Maret 2014

TAK CUKUPKAH BUKTI INI MEMPESONAMU DUHAI JIWAKU

TAK CUKUPKAH BUKTI INI MEMPESONAMU DUHAI JIWAKU

Kemana harus kurangi ngilu tak tertahanku pada tangiskah? Air mata mana lagi yang tersisa jika ia telah terkuras habis bersama persembahan yang tak terwadahi

pada darah? Darah apalagi yang menetes bila dia telah terkucur habis dalam rangkaian sukur yang pahit dalam rangkaian sabar yang perih

 pada pandangan mata ke ataskah dimana mimpi-mimpi harus tercipta walau tak pernah tersibak dimana harapan-harapan mesti terus terbangun walau tak pernah terkuak

 pada pandangan mata ke depankah dimana pada pandangan terjauhlah pandangan hidup disandarkan masa yang paling jauh terlalu misteri bisakah bersabar padahal ujung masih samar terlampau gelap bahkan

pada pandangan mata ke bawahkah dimana rasa syukur mesti dilantunkan betapa derita kita tak berarti apa-apa dibanding mereka  ya, pada pandangan mata ke bawahlah jiwa mesti ditundukkan dan pada rimbunnya hati jiwa mesti bersembunyi

atau mungkin ngilu akan terasa biasa jika keterikatan yang melekat telah terlepas jika obsesi yang memperbudak telah terkikis habis jika belenggu kemauan yang merantai telah terbuka

bukankah raga ini telah mampu menahan semua sakit apalagi kalau bukan bekas luka menganga menggurat indahnya terlukis jelas di sekujur tubuh bukankah ini bukti mempesona bahwa jiwa telah bisa melewati dalam diam telah mampu melampoi dalam hening

 hanya nyanyian rindu mengalun sendu hanya lantunan pengharapan mendayu sahdu inikah yang membuat hidup terus bertahan?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar