Kamis, 27 Februari 2014

SAAT MAHKOTA DUKA MENANCAP DIKEPALA

SAAT MAHKOTA DUKA MENANCAP DIKEPALA

kali ini mahkota duri menancap kuat di kepala darah menetas pelan perih pedih tak terkira haruskah menjerit saat sakitnya tak tertahan lagi mestikah menangis jika rasa ngilu yang paling ngilu telah dialami

angin sejuk mendinginkan luka yang menganga sinar matahari hangatkan tubuh yang berduka kicau burung hiburku akan nyanyian keindahan

kulihat ke bawah deritaku tak seberapa dibanding mereka pernah kutulis pada salah satu dinding gunung hati sebagai prasasti pengingatku dalam masa sulit saat pedihnya memuncak perihnya meninggi saat sakitnya tak tertahan aku kan menangis dalam diam

kubangun pengharapanku bukankah saat terjatuh tenggelam dalam tanah kerendahan akar yang paling lemah pun terlihat berguna sempurna bukankah saat terbenam karam dalam lumpur terdalam setetes air pun terlihat indah

saat seperti ini mestinya dicari dia bagai cahya yang terangi kegelapan hati dia bagai air pembersih yang sucikan kotoran hati dia bagai kayu pembakar yang kan bakar bekunya hati masihkah terus menangis menjerit

Saat seperti ini harusnya ditunggu
bukankah peringatan perlu bagi yang terlupa bukankah tamparan penting bagi yang lalai
maukah terus berkubang dalam lumpur kotor?


BAGAIMANA MENURUT PARA SOHIBKU...?  SENANG SEKALI JIKA MAU BERBAGI DISINI. HANYA CARE DAN LOVE YANG MEMAMPUKAN JIWA TERBANG LEBIH TINGGI DAN MENYELAM LEBIH DALAM



Tidak ada komentar:

Posting Komentar