Sabtu, 31 Mei 2014

DIRIMU BELUM SERUPA MAWAR MESKI BERADA DI TAMAN BEBUNGA


DIRIMU BELUM SERUPA MAWAR MESKI BERADA DI TAMAN BEBUNGA

Jangan menjauh apalagi pergi dari taman bebunga, aroma mewangi yang tercium hidungmu akan segera tersapu angin, kindahan mengagumkan yang terpandang matamu akan segera tertutup kabut.

Duhai putriku, berada di taman bebunga, berdekatan bahkan bersanding, tidak otomatis menjadikan dirimu serupa mawar atau seharum melati. Engkau masih dirimu yang lama sebelum engkau menyatu dan melebur bersama.

Duhai putriku, engkau boleh keluar dari taman ini setelah engkau bisa mencipta taman bebunga di hatimu. Jika belum, tak mengapa tinggal sejenak sampai engkau bisa.

TUNGGU SAMPAI KANDUNGAN CINTANYA TERUNGKAPKAN PADAMU


TUNGGU SAMPAI KANDUNGAN CINTANYA TERUNGKAPKAN PADAMU

Jangan akhiri pencarianmu meski engkau telah melihat mawar yang engkau cari itu. Jangan juga berhenti meski engkau telah berdekat dan bersanding dengannya.

Duhai putriku, karna meski telah melihat, berdekat bahkan bersanding belumlah di sebut penemuan apalagi pengenalan.


Tunggu sesaat lagi, sampai dia mengungkap rahasia yang tak di ungkap pada siapapun. Tunggu sesaat lagi sampai kandungan cintanya terungkapkan padamu.

ENGKAU YANG TERLIHAT BUKANLAH DIRIMU YANG KUIDAM


ENGKAU YANG TERLIHAT BUKANLAH DIRIMU YANG KUIDAM

Duhai putriku, engkau yang terlihat bukanlah dirimu yang kuidam. Engkau yang terlihat adalah dirimu yang hendaknya di tinggal. Engkau yang terlihat adalah dirimu yang penuh penuntutan akan terpenuhinya kemauan nafsumu.

Duhai putriku, engkau bersibuk mencari. Engkau berlelah menuju tempat menujumu. Kuyakin engkau takkan temukan apa yang engkau cari. Karna putusnya pencarian adalah tenangnya  gemuruh kemauan yang bersumber dari dalam diri.


Duhai putriku, dirimu yang di cari telah menyiapkan tempat pertemuan terindah. Datangi tempat itu dengan segala rindu yang mendesak.

SEBENTUK WUJUD MENYIMPAN RAHASIA SELURUH WUJUD


SEBENTUK WUJUD MENYIMPAN RAHASIA SELURUH WUJUD

Duhai putriku,sebentuk wujud dan sesaat kehadiran tiadalah berarti apabila tidak di wadahi. Dia akan terserak seperti barang yang terbuang.

Andai engkau mengerti sebentuk wujud menyimpan rahasia seluruh wujud dan sesaat kehadiran menyembunyikan rahasia seluruh kehadiran.

 Serupa jejak sinar yang tertinggal, dia memberi petunjuk menuju sumber cahaya. Maka tampung dia meski tak terpancur, maka wadahi dia meski setetes menetes.


Duhai putriku, dia mengada untuk di kenal, dia mengada untuk di mengerti.Dia muncul dari kesunyian tersembunyi, dia hadir dari ketidaknampakan tak berawal. Maka tampung dia dengan tempayan hatimu.

Jumat, 30 Mei 2014

TERUSKAN PERJALANAN...!


TERUSKAN PERJALANAN...!

Duhai putriku, jangan hentikan laju pandanganmu hanya sebatas memandang, jika berhenti di sini, tak ada pengetahuan yang bisa di ambil. Teruskan perjalanan...!

Duhai putriku, sebentar saja letakkan apa yang kau lihat dalam perputaran akalmu, jika berlama dia akan membingungkanmu. Karna bersama pandangan, ada keterasingan akan pengenalanmu yang belum di ketahui. Teruskan perjalanan...!


Duhai putriku, letakkan dia bagai api tak mati yang menyalakan pelita hatimu, biarkan pelita itu hidup dan menerangi jiwamu. Karna tak ada perbuatan yang benar kecuali terbit dari hati yang menyala. Tahukah duhai putriku kenapa demikian? Karna sipemilik cahaya telah merebahkan diri padanya.

SINGKAP TIRAI YANG MENABIRI PANDANGAN


SINGKAP TIRAI YANG MENABIRI PANDANGAN

Duhai putriku, pandangan yang terhijab adalah pandangan yang hanya melihat bentuk. Pandangan yang benar adalah pandangan yang mampu menembus di baliknya.

Mengertikah duhai putriku, bahwa kindahan itu bergetar dari kesejatian dan yang bisa menggetarkan hatimu ada di sana,maka singkap tirai yang menabiri pandanganmu!

Mulailah mencinta kindahan yang muncul dari kesunyian. Mulailah mengagumi keayuan yang muncul dari ketidaknampakan.


Kata guru: Jika pandanganmu menyaksi apa yang nyata di balik wujud, itulah sebaik-baik pengenalan. Jika belum pandanganmu sedang mendustaimu.

JIKA HATIMU MEMBERI NASEHAT, SEGERA LAKSANAKAN!


JIKA HATIMU MEMBERI NASEHAT, SEGERA LAKSANAKAN!

Duhai putriku, jika akalmu memberi nasehat, jangan bersegera di iakan. Pertimbangkan...! tapi jika hatimu memberi nasehat, segera laksanakan...!

Tahukah engkau duhai putriku, suara tuhan meski nyaring takkan terdengar oleh akal di kepalamu tapi merdunya meski lirih akan terdengar nyaring di telinga hatimu.


Kata guru: Segala hal yang datangnya dari akal pasti menunjuk ego. Segala hal yang datangnya dari hati mesti benar adanya.

Kamis, 29 Mei 2014

SAAT SANG KEKASIH MEMINTA BUKTI


SAAT SANG KEKASIH MEMINTA BUKTI

 Jika angin kencang dan hujan menderas merusak bebunga di taman, terbayang betapa angin keras menghantam dan menjatuhkan, terlintas betapa hujan menderas menyakiti dan menyiksa.

 Beranikah wahai sang pecinta, lidah bertegap dan menderap sekeras petir: Jangan ganggu kekasihku...! Enyahlah kau...! Atau bahkan jika dia meminta lebih beranikah memberi dirimu demi kecintaanmu?

Kata guru: Pecinta yang benar, berani meninggalkan dirinya dan merebah pada kehendak dan keinginan sang kekasih. Tak cukup dengan sesuara setinggi gunung membukti telah menjadi pecinta. Tapi saat sang kekasih memanggil, engkau datang sesuara bukit bahkan sembunyi di ceruk dalam tanah.


BERBUATLAH TANPA MENGHARAP KEPADA PERBUATAN TERSEBUT



BERBUATLAH TANPA MENGHARAP KEPADA PERBUATAN TERSEBUT

Duhai putriku, saat tanganmu di pergerakkan dan lidahmu di perjalankan, jangan menengok ke belakang, berbuatlah tanpa mengharap kepada perbuatan tersebut.

Tahukah engkau duhai putriku, di takutkan saat berbuat, ada maksud tersembunyi yang terikut, ada tujuan tak di tampakkan yang menyerta hingga nilai ketinggiannya menjadi merendah.

Lebih di takutkan lagi, saat harapan kandas tersebab maksud yang belum terkabul, keikhlasan perbuatan menjadi menghilang merayap pergi. Bersialah sudah berbulir keringat, tak bernilailah setelah berlelah semua upaya.

LEPASKAN LIDAH DARI IKATAN YANG MENGIKAT


LEPASKAN LIDAH DARI IKATAN YANG MENGIKAT

Duhai putriku, ikat lidahmu dengan ikatan yang kuat dari meminta yang muncul dari mau nafsumu, yang terbit dari ingin matamu akan kindahan dan hasrat telinga akan kemerduan.

Tapi lepaskan lidah dari ikatan yang mengikat jika itu muncul dari kecintaan yang mendesak, rindu yang berkepanjangan.


Duhai putriku, kenapa bersegan meminta padahal itu sebentuk kejujuran? Kenapa malu padahal itu sebentuk yang tersirat dari hajat kebaikanmu?

KENAPA MASIH MERESAH


KENAPA MASIH MERESAH

Duhai pecinta, buka penyumbat telinga jika suara sang kekasih memanggil. Buka penyumbat hidungmu jika keharuman sang kekasih telah tercium.

Duhai pecinta, engkau telah tiada berjauh darinya. Engkau telah berdekat padanya. Sebentar lagi kindahan wajahnya pasti terlihat.

Lalu kenapa masih meresah padahal akan bertemu yang di nanti? Pencarian akan berakhir dan engkau sampai di tempat menuju. Bukankah tak mungkin jika telah berdekat dengan taman bunga rupa dan wujud mawar tak terlihat?


DIRIMU HARUS ENGKAU TINGGALKAN


DIRIMU HARUS ENGKAU TINGGALKAN

Duhai guru, berulang sudah aku duduk satu permadani, berulang sudah aku mendengar nasehat merdumu, berulang sudah aku melihat pandangan indahmu, tapi aku belum mengenalmu.

Kata guru: Bertemu dengan wujudku sudah tapi engkau belum bertemu jiwa di balik wujud. Belumlah di sebut mengenal jika belum bertemu dengannya.

Duhai guru, mesti bagaimana jiwaku dapat menemui jiwamu.


Kata guru: Dirimu harus engkau tinggalkan. Jika dirimu belum tertinggal engkau makin terasing dengan pengenalanmu.

Rabu, 28 Mei 2014

AKU AKAN MENGISI APA YANG TELAH DI BUANG


AKU AKAN MENGISI APA YANG TELAH DI BUANG

Dengan membawa segala hasrat terpendam dan semua kemauan akan kepenuhan tempayan hati, aku mendatangimu guru.

Kata guru: Bukan dengan itu engkau mendekatiku. Buang semua hasrat dan kemauan dari tempayanmu, dan aku akan mengisi apa yang telah di buang. Kosongkan hingga tak tersisa dan aku akan menggati apa yang telah di kosong. Sebelum tertolak, penuhi permintaanku dulu.

Kutanya pada diriku, bisakah duhai jiwaku?


Kata guru: Aku akan berada bersamamu dengan segala hasrat dan kemauanku yang tengah engkau cari.

RAHASIA PANDANGAN YANG BERLETAK DI RUMAH HATI


RAHASIA PANDANGAN YANG BERLETAK DI RUMAH HATI

Duhai bun, anakmu hanya terlatih memandang wujud sementara yang di balik wujud, yang tak bernyata tak bisa terpandang termasuk pandangan tersembunyimu.

Duhai bun, anakmu hanya terlatih mendengar yang bersuara, sementara yang di balik suara yang bersenyap tak bisa terdengar termasuk nasehat lirihmu.

Kata Bun: Pandangan dan nasehat tersembunyiku telah kuletak di  rumah hatimu. Tengok kedalam dirimu barang sejengkal! Luangkan waktumu meski sejenak!


Kata guru: Andai engkau mengerti rahasia pandangan dan suara yang menanti disana, pasti engkau lupakan semua meski engkau menggengam permata dalam tanganmu, pasti dirimu merela dia terbuang demi mendapatkannya.

CINTA DI LETAKKAN DIMANA SEHARUSNYA DIA BERTEMPAT

CINTA DI LETAKKAN DIMANA SEHARUSNYA DIA BERTEMPAT

Bun, aku selalu percaya bahwa pandanganmu hanya tertuju pada anakmu meski anakmu berjarak meski berbeda tempat meski kadang tak berbanding, anakmu tiada mendapati beradamu dalam pandangannya. Mata anakmu masih bersibuk mencari hingga wajah keinginan yang sering merebah.

 Begitulah cinta tak berbatas yang engkau paham dan hayati, Bun. Cinta di letakkan di tempat dimana seharusnya bertempat. Dan anakmu menerima anugerah yang tak layak di terima.


Bun, maafkan. Kandungan cinta anakmu hanya sebatas pernyataan di mulut saja atau hanya berletak pada setangkai mawar yang di kirim untuk kemudian layu dan mati.

Selasa, 27 Mei 2014

MULAI KUCURIGAI DIRIMU DARI DIRIKU


MULAI KUCURIGAI DIRIMU DARI DIRIKU

Duhai diriku yang bernyata di dalam cermin, semakin tak kukenali beradamu di balik beradaku, semakin asing dirimu dengan diriku meski kita satu wajah.

Duhai diriku yang bernyata di dalam cermin, telah kubasuh dan kugosok cermin tempat berkaca, telah kubersih penglihatan dari bedebu yang tertabur dan kabut  yang menyamar, tetap diriku makin asing dengan dirimu meski kita sama rupa.


Duhai diriku yang bernyata di dalam cermin, diriku kian asing dengan maksud-maksud  tersembunyimu, kian tak kukenali tujuan-tujuan yang tak kau tampakkan. Ya, mulai kucurigai dirimu dari diriku, mulai kuwaspadai dirimu dari diriku.

KELUAR DARI SANGKAR YANG DI BUAT DIRIMU UNTUK PENJARAKAN DIRIMU


KELUAR DARI SANGKAR YANG DI BUAT DIRIMU UNTUK PENJARAKAN DIRIMU

Kepastian menidur bahkan memulas. Karna inikah Dia mengombang-ambing akalku agar terus berbimbang? Benarkah keyakinan ada di suatu tempat dan Dia sedang mendidik akalku tuk beruang disana?

Kenyamananpun menipu dan melena. Karna inikah Dia terus membisik hati hingga meresah dan merisau? Benarkah cahaya ada di suatu waktu dan Dia sedang melipat jarakku hingga aku berwaktu di sana?


Kata guru: Keluarlah dari sangkar yang di buat dirimu untuk penjarakan dirimu. Sungguh sulit, tapi harga yang engkau bayar tiada sebanding dengan nilai yang kan di terima. Mengertikah duhai muridku?

DUHAI MAM, AKU ADALAH DIRIMU YANG BERSEMAYAM


DUHAI MAM, AKU ADALAH DIRIMU YANG BERSEMAYAM

Duhai mam, engkau bukan pelacur yang menjual tubuhmu untuk kutiduri. Bukan pula budak yang menghamba pada tuannya. Engkau adalah diriku yang bersemayam.

Kenapa engkau meragu? Apakah nafas yang kuhembus, belum tercium semerbak? Apakah jiwaku yang kurebah pada matamu, masih tersamar?

Karna banyak diam kau maknai aku tak peduli. Karna jarang memberi kau anggap sedikit berkorban. Karna sering membiar kau nilai tak mencinta.

Duhai mam, jika sebatas itu kandungan pengertian yang engkau paham, sungguh dangkal sumurmu. Bersia sudah aku menggali dan terus menggali.

Berhentilah bicara karna itu hanya menunjuk engkau sedang mengejar yang belum tertangkap, mencari yang belum bertempat. Aku adalah dirimu yang bersemayam. 

DUHAI PUTRIKU 23


DUHAI PUTRIKU 23

Duhai putriku, akulah ombak kearifan yang bergemuruh yang menghantam keterasinganmu akan pengenalanmu, yang menyapamu dari kehampaan yang engkau lalaikan. Lalu kenapa masih tak kau sadari jamahanku? Kurang keraskah?

Aku menjamahmu dengan segenap dayaku dari dalam dirimu. Buka telingamu lebar, luangkan waktu  buat mendengar. Engkau hanya butuh sejenak dari waktumu. Aku takkan terdengar bila engkau terlalu banyak bicara.

Aku menjamahmu dengan segenap dayaku dari dalam dirimu. bersunyilah dari pengejaran dan pencarianmu. Engkau hanya butuh sejenak dari waktumu. Aku takkan terlihat bila engkau meruang dalam keramaian.


Duhai putriku, aku menunggumumu sampai engkau mengerti, sampai engkau menyadarinya. Aku menunggumumu dalam batas penantian.

DUHAI PUTRIKU 21


DUHAI PUTRIKU 21

Serupa petani yang telah menabur benih, dia terus menyiram apa yang telah ditanam, dia terus memupuk apa yang telah di tabur. Petani itulah diriku dan benih itulah dirimu.

Duhai putriku, dari waktu ke waktu, kujamah dirimu dari dalam dirimu, kutanam benih cinta dan kerinduan, kusiram dengan air permohonan dan harapan, akankah dia berbunga indah sedap di pandang dan harumnya wangi semerbak di suatu waktu?

Duhai putriku, dirimu adalah diriku yang sembunyi. Jangan berlalai tuk buktikan dirimu adalah diriku, sementara aku tak lelah membukti diriku adalah dirimu.


Duhai putriku, pun jangan berlalai bahwa beradamu sendiri tanpa ada sebab, tegakmu tanpa ada kaki yang menopang. Ketahuilah dirimu adalah bernyata yang harus di sadari. Kumohon mengertilah...!

AKU TAK BERDAYA BUN


AKU TAK BERDAYA BUN

Maaf bun, aku menjaga jarak dan mencoba menabirimu, meski itu sebentuk kesiaan karna jarak telah terlipat dalam pandanganmu, tanpa kuberitahu engkau pasti telah mengerti.

Maaf bun, sampai detik ini aku belum bisa memberi mawar yang tertawa bagi penglihatanmu atau melati yang mewangi bagi penciumanmu. Aku hanya memberimu bulir-bulir kesedihan dan kedukaan.

Maaf bun, bukan tentang benih yang engkau tabur bukan berjenis unggul, bukan pula air permohonan yang engkau siram tak mujarab tapi semata kebebalan anakmu semata.


Maaf bun, aku tak mampu menyeka bulirmu yang terjatuh atau menahan agar dia tak terjatuh. Aku hanya bisa melihat dari kejauhan sembari memohon pengampunanmu. Aku tak berdaya bun.

Sabtu, 24 Mei 2014

DUHAI PUTRIKU 22

DUHAI PUTRIKU 22

Duhai putriku, aku mendekapmu dari dalam dirimu. Dekapanku meliputimu. Dekapanku bisa berganti wajah sesuai sinaran hatimu dan pendapatan akalmu, meski engkau tak menyadarinya.

Aku bisa menjadi sampanmu buat sampai dermagamu. Aku bisa menjadi anginmu agar layarmu terkembang. Aku bisa menjadi gemuruh ombakmu yang mengajarmu kewaspadaan.

Duhai putriku, aku mendekapmu dari dalam dirimu. Kenapa dari dalam dirimu? Aku menginginkan cemerlang gemilang hatimu meski nafsuku meminta akalmu laksana tanah yang subur dan prilakumu bagai bebunga di taman.


Aku mendekapmu sepenuh dekapan. Aku mendekapmu dari dalam dirimu. Masihkah tak terasa, duhai putriku?

DUHAI PUTRIKU 20

DUHAI PUTRIKU 20

Duhai putriku, tutup telingamu jika suara yang memanggil muncul dari kemerduan. Biasanya kemerduan muncul dari egomu yang menghaus akan pemuasan pendengaran. Bisakah bedakan suara yang bersumber dari musik hatimu dengan suara yang dicari egomu?

Duhai putriku, pejamkan matamu jika penglihatan yang menampak terbit dari kindahan. Biasanya kindahan terbit dari egomu yang melapar akan keterkenyangan penglihatan. Bisakah bedakan kindahan yang terbit dari hatimu dengan yang di minta penglihatanmu, duhai putriku?

Duhai putriku, jangan kuatir tentang apa yang engkau dapat dari menutup mata dan menyepikan telinga. Jika pelampoanmu terlewati, sipemilik kindahan akan menampakkan diri pada setiap pandanganmu, sipemilik kemerduan akan membuka rahasianya pada setiap pendengaranmu

Jumat, 23 Mei 2014

DUHAI PUTRIKU 18


DUHAI PUTRIKU 18

Duhai putriku, pernah engkau ajukan pertanyaan yang sulit. Bahkan terlampau sulit. Karna tanya  serupa, pernah di tanyakan pada semua guru dalam kembara jiwa. Sampai hari ini, tanya ini belum bertemu jawabnya.

Katamu: Dimana bernyata bacaan tanpa tulisan tapi terbaca jelas bagi yang menemukan? Bukan kertas bertulis yang hilang sakralnya lenyap nilainya hingga layak di jadi perahu kertas bagi anak bermain dan melepas kesenangan. Ah, karna inikah engkau jarang menyentuh mushafmu?

Duhai putriku, ayahmu meraba arti dari tanyamu, melihat maksud pertanyaanmu dalam mahligai hatimu dan ayah melihat dirimu hendak mengetahui lebih banyak dari apa yang telah sedikit engkau dengar.


Kataku: Tanyakan pada gurumu yang lihai tentang keilahian yang bukan hanya ahli berkonsep tapi bisa mendudukkan dalam akalmu, mentahtakan dalam singgasana hatimu.

DUHAI PUTRIKU 19


DUHAI PUTRIKU 19

Duhai putriku, malam telah datang dan gelap telah menyelimut. Jangan berlama baringkan tubuh kefanaanmu meski suara jiwa keabadianmu nyaris tak terdengar.

Duhai putriku, jangan pula ambil anyaman benang keterpulasan dari selimut kepalsuan di antara tumpukan ketidakberdayaan. Tapi ambil selimut keterjagaan dari lipatan hakekatmu yang hendak di singkap.

Duhai putriku, jika penglihatanmu tak berdaya oleh kantuk yang menyeruak, tak mengapalah pejamkan mata sesaat. Ya cukup sesaat saja, jangan berlebih. Karna dalam berlebih dia menyimpan bahaya panjang angan sementara panjang angan adalah tirai yang tak mungkin di singkap kecuali dengan memendekkannya.


Terus terjaga hatimu meski mata terpejam. Tetap berdamping dengan jiwa keabadianmu meski tubuh kefanaanmu terbaring.

Kamis, 22 Mei 2014

DUHAI PUTRIKU 17


DUHAI PUTRIKU 17

Duhai putriku, ayah mendengar kemarin engkau bercanda dengan teman senda guraumu. Ayah mendengar perbincangan yang menyelisih kata hati, perkataan yang bersalah dengan tempat kearifan.

Duhai putriku, konsep tiada beradab tak bermoral engkau kagum sepenuh kekaguman bagai hausnya sidahaga sementara nilai keilahian yang harus di sanjung melebihi apapun dan di perjuang tegaknya, engkau siakan bagai barang rongsokan yang mesti di buang.

Duhai putriku, tahukah kedudukanmu di hati ayah bundamu? Engkaulah mawar mekar di taman hati, dimana engkaulah tumpuan pandangan, curahan kerinduan, tumpahan kecintaan.


Ah, kurasa engkau belum mengerti perkataan ini karna engkau masih 9 tahun. Maaf ayah membebanimu sesuatu yang belum engkau mengerti.

DUHAI PUTRIKU 16


DUHAI PUTRIKU 16

Duhai putriku, jangan serupa padang kerontang nan gersang hingga bebiji kearifan sulit memecah dan jangan pula saat bebenih bebalan di tebar, engkau berubah menjadi padang gembur nan subur.

Lihat para penyirammu telah berbulir berkeringat. Pandang para pencangkaulmu telah berlelah tanpa berputus asa. Dengar para petanimu menghampar hati mereka memohon.

Kata guru: Tanahmu merah karna penuh nyala hasrat dan nafsu. Bebiji mana yang dapat memecah karna sebelum membelah ia telah mati? Matikan dulu apimu.


Kata guru: Siapkan sumur yang telah tergali. Biarkan hujan mengisi semua sumurmu dan mencurah membasah ladangmu.

DUHAI PUTRIKU 15


DUHAI PUTRIKU 15

Duhai putriku, hari kemaren telah mati. Kenapa berselimut sedih dan berbantal duka? Bangun dan tinggalkanlah ia...!

Duhai putriku, hari esok belum lahir. Kenapa bergelut risau dan memusuhi kuatir? Tegak dan tinggalkanlah ia...!

Duhai putriku, keabadianmu berletak di hari ini. Berkariblah padanya. Tak ada jaminan sampanmu akan terselamatkan oleh ombak-ombak yang mencari mangsa. Tak ada jaminan layarmu akan terus terkembang oleh angin kencang yang berkejar. Pun tak ada jaminan apakah sampanmu sampai ke dermagamu atau terus terombang-ambing?


Duhai putriku, karna keadaanmu yang gawat mendesak bersibuklah dengan kawan keinsafanmu yang selalu menyadarkan. Berpegang tangan padanya karna bersamanya waktumu terisi dalam kedamaian.

Rabu, 21 Mei 2014

DUHAI PUTRIKU 14


DUHAI PUTRIKU 14

Duhai putriku, ada pandangan dan pendengaran yang selalu mengawasimu meski engkau berusaha mengabaikan atau bahkan melupakannya.

Pandangan itu adalah pandangan dari ayah bundamu. Seberapa upayamu mengabur bahkan menjauh dari pandangan kami, engkau tetap terlihat. Seberapa keras menyamar bahkan menyumbat telinga, perihalmu tetap terdengar.

Tahukah engkau duhai putriku, jiwamu telah berlabuh di hati kami, hingga apa yang terlihat adalah jiwamu dan apa yang terdengar adalah suara jiwamu.

Duhai putriku, pembicaraan ini terlampoi sulit engkau paham, tapi percayalah pemahaman ada disuatu waktu dan semoga engkau sampai di waktu itu.


DUHAI PUTRIKU 13


DUHAI PUTRIKU 13

Duhai putriku, hendaknya setiap bicaramu mengesankan bagi sahabat bicaramu, tidak hambar karna sekedar kagumi wadah, tapi ada kemanisan tercicip dan kenikmatan tereguk karna bicara isi yang merupakan jiwa dari pembicaraan.

Dan terhadap lawan bicaramu, berilah penjelasan yang jelas terhadap apa yang di cari, berikan pemahaman dan dudukkan pada akalnya. Berilah waktu agar dia meletakkan pemahamannya dalam tempayan hatinya.


Duhai putriku, jangan karna kebencian, engkau taburi debu pada pandangannya hingga mengaburkan penglihatannya. Jangan karna ingin mematahkan lawanmu, engkau sumbat telinganya dengan menambah nyala sahwat yang merekapun ingin memadamkannya.

DUHAI PUTRIKU 12


DUHAI PUTRIKU 12

Duhai putriku, saat bunda merapikan bonekamu dan ayah menghilangkan mainan itu dari pandanganmu, jangan bersedih...! Itu sebentuk cinta yang belum engkau paham. Dan kandungan rahasinya akan menyingkap jika engkau beranjak dewasa.

Duhai putriku, pelarangan kami adalah sebentuk pencegahan. Mencegah dari waktu yang kan menjerat lehermu dan membunuhmu perlahan tanpa sempat menghindarinya.

Dan terhadap pembicaraan ini, mengapa engkau terheran, tersenyum kemudian terbahak sementara kami hanya bisa kuatir dan bersedih kemudian menangis?


Duhai putriku, kami merindu jangan siakan perjanan waktumu, berjalanlah tegap di atasnya. Dia laksana batu besarmu yang kan merintang jalanmu dan tak akan sampai ke tujuanmu jika engkau tak meremukkannya.

DUHAI PUTRIKI 11


DUHAI PUTRIKI 11

Duhai putriku, sesaat di waktumu menyimpan rahasia kehadirannya. Sejengkal di ruangmu menyimpan rahasia keberadaannya. Kenapa yang bernyata hanya kehadiranmu dan kehadiranNya meniada? Kenapa yang menampak hanya beradamu dan  beradaNya melenyap?

Duhai putriku, sebaik-baik pandangan adalah pandangan yang telah sunyi dari keinginan nafsu. Dan ayahmu melihat api yang di dalam dirimu itu terus menyala sementara engkau tak berusaha memadamkannya.

Duhai putriku, sebaik-baik pendengaran adalah pendengaran yang tak lagi di gerakkan oleh kepuasan penuhi hasrat kemerduan. Dan ayahmu melihat engkau tak berupaya menembus dinding yang menghalang itu.


Duhai putriku, aku melihat kemauan kerasmu menaiki tangga-tangga langitmu adalah sebentuk kesombongan jika tak sandarkan hatimu. Takkan sampai memuncak langitmu jika pengandalan pada diri sendiri. Bermohonlah...!

DUHAI PUTRIKU 9


DUHAI PUTRIKU 9

Duhai putriku, serupa rembulan yang menyinarkan kembali cahya mentari, tanpa mengurang terangnya, tanpa mengurang indahnya, selayaknya engkau menirunya.

Duhai putriku, kindahan yang telah di lihat, kemerduan yang telah di dengar, wewangian yang telah tercium, kenikmatan yang telah tercicip, kemanisan yang telah tereguk semestinya engkau bagikan kembali.

Dan kenapa merasa berat? Engkau tak berlelah bukan? Engkau hanya memancarkan kembali sinar yang telah engkau peroleh. Engkau rembulan bagi mentariNya.


Kata guru: Engkau tak bisa menjadi mentari dan rembulan pada saat yang sama. Jadilah rembulanNya, niscaya dia merebahkan cahyanya di cermin hatimu.

DUHAI PUTRIKU 10


DUHAI PUTRIKU 10

Duhai putriku, jangan serupa gelas yang telah penuh dan dengan kepenuhannya mencoba mengisi gelas-gelas yang engkau duga masih kosong.

Duhai putriku, jika engkau lakukan juga, bisakah sorang buta menuntun sibuta yang tersesat? Bisakah yang tak ulung berenang menyelamatkan sitenggelam? Kenali kedudukanmu dimana engkau bertempat.

Duhai putriku, jika itu engkau lakukan juga, kesombongan telah melamar hatimu dan kehendak minta di puji telah menjadi pengantinmu.

Duhai putriku, jika itu engkau lakukan juga, kerinduan akan pencarian telah menghilang dan kecintaan telah berletak dan meruang. Sependek itukah jarak citamu? Sebatas itukah ujung penemuanmu?


Kata guru: Tempatkan tujuan pada ujung panahmu. Rentang busur sekuat engkau bisa dan lesatkan cepat. Masihkah tempat itu tertirai dan kandungan rahasianya tidak menyingkap?

Selasa, 20 Mei 2014

DUHAI PUTRIKU 8


DUHAI PUTRIKU 8

Duhai putriku, serupa air menderas pada sungai besar, dia hanyutkan apapun kandungan di dalamnya dan menyampaikan pada tujuan, menyatu lautan nan luas.

Duhai putriku, serupa itulah kedudukan guru di hadapmu. Air itu masuk dan melewati akal,  membersihkan kekotoran yang tersebab olehnya, membasuh kedustaan yang di singkap olehnya dan memcuci bersih semua kegosongan akibat hasrat menyala yang di padam.

Duhai putriku, serupa itulah kedudukan guru di hadapmu. Air itu masuk dan melewati cermin hatimu, dia melap semua keruh pada wajah cerminmu, dari maksud-maksud jahat yang di simpan, dari tujuan laknat yang di rahasiakan.

 Guru hadir menguatkanmu berjujur dengan mencurigai diri sendiri, memberanikanmu untuk mengaku dan lebih di atas segalanya mencipta semangat juang untuk merubahnya.


Duhai putriku, mandikan jiwamu pada air menderas itu, masihkah akal terkotori dan hati tak bening mengkilap?

Senin, 19 Mei 2014

DUHAI PUTRIKU 7


DUHAI PUTRIKU 7

Duhai putriku, kenapa berhenti menggali? Air ada di suatu tempat. Kenapa takut berlelah? Air ada di suatu waktu. Dan jarak makin mendekat jika terus berupaya.

Duhai putriku, takkan menjadi penemu jika tak pernah mencari. Takkan pernah sampai jika tak pernah menuju. Takkan pernah usai jika tak pernah memulai. Terlupakah itu semua?

Duhai putriku, serupa sepotong kayu yang bercita menjadi patung indah di istana raja, dia rela di pahat dan di palu, berulang dan bertubi, bukan oleh tangan halus nan lembut sipenari gemulai tapi tangan kasar si pemahat tangan keras si perupa. Tak terbayang duhai perihnya duhai pedihnya. Terlupakah itu semua?


Dan selayaknya engkau menirunya,duhai putriku

DUHAI PUTRIKU 5


DUHAI PUTRIKU 5

Duhai putriku, sedebu tanah menyembunyikan seluruh rahasia perbendaharaan bumi. Seberkas sinar sembunyikan seluruh rahasia ketinggian langit. Masihkah meremeh sesuatu yang mengecil dan mengecilkan sesuatu yang remeh?

Kata guru: Itu hanya tentang sudut pandang. Saat meninggi semua terlihat jelas dan sempurna tapi saat sejajar atau lebih rendah semua menyamar bahkan berkabut.

Duhai putriku, tahukah tempat tertinggi dimana dia meruang dan bertahta? Dia bukan penglihatanmu meski dia bertempat di gunung tertinggi, dia berletak di hati terdalam. Jadi apa yang di ungkap kepalamu, curigai! Dan apa yang di singkap hatimu, percaya dan yakini!

Kata guru: Tuhan turun dari ketinggiannya, firmanNya terdengar tidak melalui telinga di kepala tapi melalui hati yang berdiam mendengar, bernyataNya terlihat tidak melalui mata di kepala tapi melalui hati yang telah buta dari selainNya.


Pahami duhai putriku.Semoga engkau mengerti.

DUHAI PUTRIKU 6


DUHAI PUTRIKU 6

Duhai putriku, udara yang engkau hirup adalah udara yang sama di semua tempat. Air yang engkau minum  adalah air yang sama di seluruh sumur.  Lalu masihkah berbangga dengan lebihmu dan minder dengan kurangmu? Masihkah meletak bahagia pada meluasmu dan meletak sedih pada sempitmu?

Ingatkah tentang bahaya perbandingan di mana iblis yang tidak mau merendah di hadap Adam. Ingatkah dalih yang di pakai iblis: Aku dari api dan dia dari tanah. Aku bercahaya dan dia hajat akan cahyaku.

Duhai putriku, karna inilah Dia membuat wajah iblis gosong menakutkan dan wajah adam tampan berbinar cemerlang.


Kata guru: Jika engkau merasa tinggi akan ada orang yang kan memendekkanmu. Jika engkau merasa besar akan ada tindakan yang kan mengecilkanmu. Inilah hukum keseimbangan.

DUHAI PUTRIKU 4


DUHAI PUTRIKU 4

Duhai putriku, gubug reyot tempat engkau bertumbuh bukanlah semata ruang kosong tanpa isi dengan dinding-dinding saling menyempit menghimpit. Bukan tempat menampung kesunyian dan kebisuan yang mendiamkan lidah tuk tak berkata-kata. Pun bukan tempat keberartiannya yang tak teraba hingga mata tak berdaya memandang.

Dia bekisah banyak cerita. Ada cinta mendesak ayah bundamu, ada rindu berkepanjangan menanti lelah kehadiranmu, ada harapan melambung tinggi yang di lantunkan dalam tiap permohonan akan masa depanmu nanti, ada kedamba tercipta megah kiranya engkaulah yang semerbak serupa bunga-bunga itu.


Duhai putriku, jika telah keluar dari tempat ini simpan dia di sudut hatimu. Jadikan dia tempat mengingatmu dan dengan kemauan keras menjaga ingatan itu agar kepingan-kepingannya tak ada yang terserak dan terlupa.

DUHAI PUTRIKU 3


DUHAI PUTRIKU 3

Duhai putriku, laksana sebutir air sembunyikan rahasia seluruh samudra, jangan sembarang merintikkan air mata untuk tempat yang mudah menyempit atau perihal yang meremeh hingga rahasiamu yang engkau simpan rapat, orang akan mudah mengetahuinya.

Jika tak tertahan juga, bulir dan jatuhkan untuk menetesi hatimu yang sekeras batu. Hatimu mungkin telah membatu hingga Dia mengirimkan kejadian yang  membuat matamu meleleh  untuk meremukkannya, terus meleleh untuk menghancurkannya.


Duhai putriku, jika bisa sembunyikan dia dibalik senyum manismu, rahasiakan dia di balik pandang ceriamu, simpan dia di balik wajah indahmu. Bisakah, duhai putriku?

DUHAI PUTRIKU 2


DUHAI PUTRIKU 2

Duhai putriku, bagaimana wajah malam tanpa bintang dan rembulan? Tentu engkau sudah tahu jawabnya dan ayah tak berdaya menyingkir mega agar tak menghalang kindahan yang ingin terbit.

Duhai putriku, bagaimana rupa udara yang engkau hirup jika penuh debu? Tentu engkau mengerti jawabnya dan ayah tak berdaya memisah debu-debu dari udara yang engkau hirup.

Duhai putriku, banyak hal yang membuat ayah tak berdaya sebagaimana tak berdayanya menahan tangis agar tak berbulir terjatuh. Ini tanda kelemahan dari ketertindasan yang tak bisa di lawan. Ini tanda kepengecutan dari ketidakberanian bermimpi berbebas dan menyatakannya dengan lebih herois.

Maafkan ayahmu, duhai putriku. Semoga engkau memahaminya.


Minggu, 18 Mei 2014

DUHAI PUTRIKU


DUHAI PUTRIKU

Duhai putriku, ada rahasia yang hendak ayah singkap, kenapa terlahir dari bunda penuh cinta tapi hanya bisa merinaikan air mata? Hanya bisa mendekapmu sekejap memberi kehangatan untuk kemudian membiarkanmu telanjang menghadapi siang yang menerik dan malam yang mendingin.

Duhai putriku, ada rahasia yang hendak ayah singkap, kenapa  terlahir dari ayah yang merelakan dirinya di perbudak dan di jajah oleh harta dan kuasa dan memenuhi tempayan hatinya dengan bersibuk mengejar dan menjaganya. Hatinya telah di penuhinya, lalu cinta apa yang dapat engkau dekap? Lalu cinta mana yang masih engkau kagumi?


Duhai putriku, inilah rahasia yang hendak ayah singkap. Sudah tahukah rahasia apa yang hendak di ungkap? Jika mencari cinta sebagai tujuan hidup, peluklah bundamu. Jika mencari kemuliaan, masuklah ke kemah ayahmu dan berumahlah disana. Dan jika ingin keduanya, jangan tinggalkan rumah kebahagiaan ini sebelum engkau membangun rumah itu dalam hatimu.

JIWA YANG TERGADAI


JIWA YANG TERGADAI

Aku melihat dengan mataku, di tempat tersucikan, orang-orang menggerakkan lidahnya memohon tetapi tempayan hati mereka telah penuh oeleh kobaran hawa nafsu. Lalu lantunan apa yang di panjatkan jika bukan do`a keserakahan?

Aku melihat dengan mataku, di tempat tersucikan, orang-orang merendah bersujud bersimpuh, tapi jiwa mereka menegak mendongak. Lalu ketundukan macam apa jika jiwa menentang?

Ya...mereka menabiri dirinya dengan jubah kesucian, dengan tasbih ketaatan dan saat tirai menyingkap maksud jahat menampak, tujuan kotor bernyata.


Lalu haruskah jiwaku bersimpuh di kakinya, mendengar dan melekasanakan titahnya

TAK BOLEHKAH BERHARAP


TAK BOLEHKAH BERHARAP

Karna lapar, aku mencari keterkenyanganku. Karna terhaus, aku mencari keterpuasanku.

Karna inikah aku menyeruMu, Tuhan? Memanggilmu kencang dan berjalan bergegas menujumu. Dalam rasaku, Dia menyongsongku lebih cepat dari secepat aku berlari.

Kurasa Dia ada di hadapku sekarang. Aku ingin mendengar suaramu dan telah kubisukan mulutku dalam kesunyian.

 Akupun ingin berbincang dengannya, telah kubuang penyumbat telinga, telah kulebarkan selebarnya.


Tapi sayang, aku bukan musa yang Tuhan rela menampakkan diri dan berbincang. Tapi tak bolehkah berharap?

MAKNA MERINDU


MAKNA MERINDU

Aku merindu bernyataku yang lain yang ingin kupaham di tengah berdiri tegak beradaku, tentang batas lemahku dan ujung kuatku, tentang di taman mana keharumanku bertempat dan dimana pula kebusukanku bersembunyi?

Cermin tempat bertanyaku punya keterbatasan. Dia akan menyatakan apa yang ada di hadapnya saja tidak di samping apalagi di jauhnya.

Sayang, tempatku jauh dari cermin dan tangan bersegan merengkuhnya. Cermin memburam. Apa yang di tampakkan menyamar. Anehnya, aku hajat tempat bertanyaku tapi tak berusaha mendekat dan berdiri di hadapnya.

Cermin tempat bertanyaku punya keterbatasan. Cermin akan menjelas mendetail jika sinar yang menghujan mencukup.Sayang, meski berhajat akan sinar itu, aku tetap berpaling dari mentariku.


Lalu apa makna merindu itu jika tak mampu nyatakan keberadaaan yang tersembunyi di laci hati?

SAAT MENGISI TEMPAYAN HATIMU, PENUHILAH..!


SAAT MENGISI TEMPAYAN HATIMU, PENUHILAH..!

Jangan menadah tempayan hati pada setiap pintu dimana engkau mengetuk. Pun jangan menggenggam keyakinan tak bersisa pada tiap pengisi akan keterpenuhannya dan keterpuasan karnanya.

Kata guru: Tidak setiap pintu dapat engkau ketuk dan tidak setiap sumur dapat di ambil airnya. Hati-hati...!

Kata guru: Jangan serupa sibuta yang menduga telah mencium aroma semerbak kemudian menyangkal tiadanya rupa dan wujud bunga-bunga atau serupa orang menyumbat hidung yang menduga hanya ada bunga-bunga kemudian menyangkal tiadanya keharuman

Lihat di batas pandang, sekelompok bergerombol memohon hujan dan berkata: Kita fakir dan layak meminta. Bukankah Dia maha kaya? Bukankah Dia maha membuka pada sesiapa yang mengetuk pintuNya?

Aku mendengar dengan jelas, suara gemericik air kemudian terpancur menderas.Aku telah melihat dengan mataku, tetesanNya telah meluber dan tak tertampung?


Kata guru: Saatnya mengisi tempayanmu dan penuhilah...!

Sabtu, 17 Mei 2014

TEMPAT MERINDUKU, ADAKAH?


TEMPAT MERINDUKU, ADAKAH?

Aku merindui sebuah tempat tuk bersunyi dari wajah-wajah yang menatapku aneh bahkan menyebutku si gila.  Aku asing di tengah mereka meski bersama menderap melangkah di jalan takdir yang sedikit berbeda.

Karna yang sedikit itukah aku menjadi berbeda dan terpisah? Aku melintasi jalan dengan tegap dan menyusurinya yang kuanggap jejak-jejak kebebasanku. Jejak itu kadang jelas terlihat tapi sering dia menyamar bahkan sekejap terlihat untuk kemudian angin menghilangkannya.

Sementara aku melihat dengan mataku orang di sekelilingku berjalan dengan kaki terantai dengan leher yang terjerat. Mereka tak tersadar bahwa mereka sedang menjalani hidup di bawah panji-panji perbudakan.

Aku kian tak bernyaman dengan tempat berdiamku meski banyak tempat telah ku jelajah, dari sudut-sudut gelap pojok-pojok pengap, ruang yang remang sampai tempat yang benderang. Yang di anggap benderang oleh masyarakatku masih kuanggap gelap bagiku.


Aku merindui tempat tuk bersunyi, aneh tak kutemukan tempat itu meski berdiam di ceruk-ceruk terdalam. Mungkinkah dia hanya bertempat di dalam kepala atau di hati terdalam?

MAMPUKAH BERTAHAN DENGAN CINTA SERUPA INI?


MAMPUKAH BERTAHAN DENGAN CINTA SERUPA INI?

Aku kian asing dengan sekeliling. Mereka berkata-kata yang hanya bisa di dengar telinga tapi tak bisa ku paham di akal meski seberapa keras mencoba mendudukkannya.

Pemahamamku selalu mengintai apa yang tak di kata dari yang di kata, ada maksud tersembunyi apa yang tak di nampakkan dan ada tujuan apa di balik rahasia ucapnya.

Nuraniku selalu mencium kebusukan yang tak ingin semua orang ingin mengetahuinya, menutupnya rapat-rapat bahkan mengubur dalam-dalam lewat kata-kata seharum melati atau seindah mawar meski mereka tak berdiam dalam sudut-sudut taman.

Nuraniku selalu berkilat dan bergemuruh ingin menunjuk bangkai yang mereka simpan tapi ketidakberdayaanku membuat terdiam. Kulihat mereka bernyaman dengan berdusta dan terus bernikmat dengan merekayasa kebenaran.


Ya...aku kian asing dengan sekeliling bahkan dengan diri sendiri. Ah...mengapa bertahan dengan cinta yang seperti ini?

MASIHKAH BERTAHAN PADA CINTA YANG MEMBUATMU SEJIWA BUDAK


MASIHKAH BERTAHAN PADA CINTA YANG MEMBUATMU SEJIWA BUDAK

Siapa lagi tempat berharap bagi sifakir selain sikaya? Siapa lagi tempat bersandar bagi silemah selain sikuat? Siapa lagi tempat bergantung bagi sihina selain simulia?

Apa yang menghalang si pengharap sampai pada yang dituju padahal tujuan telah benderang dan pandangan telah menjelas?

Berapa langkah lagi dari tempat yang di tuju padahal telah lama tikar permohonan terhampar dan wujud  bersimpuh tiada henti?

Kata guru: Kenapa berhenti? Masihkah berdiam bertahan pada cinta yang membuatmu sejiwa budak?

Kata guru: Keluar dari penjaramu dan lihat...! Orang berbondong bergegas menuju cinta yang membuat mereka kuat dan mulia. Mereka menggelar tikar permohonan dan menumpuk di atasnya dengan permadani ketulusan.

Jumat, 16 Mei 2014

HAMPAR TIKAR PERMOHONANMU...!


HAMPAR TIKAR PERMOHONANMU...!

Saat kefakiran membuka pintu dan kecukupan menutup pintumu, terlihat petunjuk anugerahNya menyamar bahkan menghilang dan semua rahasia pemberian tertutup meski tangan terus mengetuk.

Air seakan tiada bertempat, dia menghilang meski sumur terus di gali. Perbendaharaan bumi bernyaman sembunyi meski tiada berlelah mencangkulnya.

Kata teman seperjalanan: Rizkimu ada di langit. Hampar tikar permohonanmu dan goyang ia agar Dia menurunkannya. Teruslah bersimpuh.


Kata guru: Dia hendak menghujanimu keberlimpahan maka dia mendidikmu melewati jalan kefakiran. Lewati dia. Lampoi cepat. Kemakmuaran ada di batas waktu.