SAAT SANG KEKASIH
MEMINTA BUKTI
Jika angin kencang dan hujan menderas merusak
bebunga di taman, terbayang betapa angin keras menghantam dan menjatuhkan,
terlintas betapa hujan menderas menyakiti dan menyiksa.
Beranikah wahai sang pecinta, lidah bertegap
dan menderap sekeras petir: Jangan ganggu kekasihku...! Enyahlah kau...! Atau
bahkan jika dia meminta lebih beranikah memberi dirimu demi kecintaanmu?
Kata guru: Pecinta
yang benar, berani meninggalkan dirinya dan merebah pada kehendak dan keinginan
sang kekasih. Tak cukup dengan sesuara setinggi gunung membukti telah menjadi
pecinta. Tapi saat sang kekasih memanggil, engkau datang sesuara bukit bahkan
sembunyi di ceruk dalam tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar