TERIMA KASIH GURUKU
Guru tercintaku telah berlelah
mengosongkan tempayan hati dan mengisi kembali dengan tumpahan kedekatan dan berlimpah
kecintaan.
Sayang akal tak mampu menyingkap dan
mengungkap nilai kandungannya, andaipun mampu tak bersesuai dengan yang
dimaksud, andaipun bisa hanya sedebu misteri yang tersibak.
Padahal sebelum kata terucap dia
mengetahui lebih dalam mendudukkan pemahaman dan tanpa diminta dia pasti
memberi banyak bagaimana bermukim nyaman disana.
Sayang kecintaanku tak sebanding dengan
kecintaannya. Aku mencintainya bersarat dan berbatas. Belio mencintaiku tanpa
sarat dan tanpa batas.
Anehnya lidahku terlalu kaku sekedar
berkata: Guru aku belum mampu berjalan sendiri. Aku butuh tongkatmu. Aku berserah
di hadapmu
Padahal diujung penantian guru
menyimpan jawaban indah: Ketaksanggupanmu menujuku adalah awal aku
mendatangimu. Mendekatlah padaku dengan melenyapkan jiwamu kedalam jiwaku. Melaluiku,
engkau akan sampai pada nabimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar