Senin, 05 Mei 2014

AKU MERINDUMU, BUN



AKU MERINDUMU, BUN

Aku merindumu bun, ingin rasanya bersimpuh di kakimu atau sekedar membasuh kain penutupmu. Aku tak mampu hiasi matamu dengan kindahan atau mengirim semilir angin ke telingamu dengan kemerduan. Terima persembahan kecil ini karna ini milikku dalam hariku.

Aku mengingat bun, bagaimana dapat ku tahan mendungku agar tak berhujan saat engkau katakan: Senja telah mengetuk pintuku dan jarak senja ke magrib hanya sepanjang jari.

Kata bundaku lagi: Aku telah membuktikan sepanjang nafasku, adaku di dalam dirimu dan adamu di dalam diriku maka aku berhak mengaku engkau adalah diriku dan dirimu adalah diriku. Semoga buktiku cukup meyakinkanmu.

Aku hanya menangis kala itu, yang kudengar detak jantungnya dalam mensucikan namanya, yang kulihat pandangan matanya dalam melantunkan pengharapan dan hatinya yang telah berlimpah keberkatan.

Kata bundaku lagi: Aku hanya meminta ruang kecil di rumah hatimu biar aku dapat melihat diriku melaluimu hingga aku dapat berbangga di hadapNya.

Kataku: Bunda, telah ku siapkan ruang itu...














Tidak ada komentar:

Posting Komentar