AKU
MERINDUMU, BUN
Aku
merindumu bun, ingin rasanya bersimpuh di kakimu atau sekedar membasuh kain
penutupmu. Aku tak mampu hiasi matamu dengan kindahan atau mengirim semilir angin
ke telingamu dengan kemerduan. Terima persembahan kecil ini karna ini milikku
dalam hariku.
Aku
mengingat bun, bagaimana dapat ku tahan mendungku agar tak berhujan saat engkau
katakan: Senja telah mengetuk pintuku dan jarak senja ke magrib hanya sepanjang
jari.
Kata
bundaku lagi: Aku telah membuktikan sepanjang nafasku, adaku di dalam dirimu
dan adamu di dalam diriku maka aku berhak mengaku engkau adalah diriku dan
dirimu adalah diriku. Semoga buktiku cukup meyakinkanmu.
Aku
hanya menangis kala itu, yang kudengar detak jantungnya dalam mensucikan
namanya, yang kulihat pandangan matanya dalam melantunkan pengharapan dan
hatinya yang telah berlimpah keberkatan.
Kata
bundaku lagi: Aku hanya meminta ruang kecil di rumah hatimu biar aku dapat
melihat diriku melaluimu hingga aku dapat berbangga di hadapNya.
Kataku:
Bunda, telah ku siapkan ruang itu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar