Senin, 19 Mei 2014

DUHAI PUTRIKU 2


DUHAI PUTRIKU 2

Duhai putriku, bagaimana wajah malam tanpa bintang dan rembulan? Tentu engkau sudah tahu jawabnya dan ayah tak berdaya menyingkir mega agar tak menghalang kindahan yang ingin terbit.

Duhai putriku, bagaimana rupa udara yang engkau hirup jika penuh debu? Tentu engkau mengerti jawabnya dan ayah tak berdaya memisah debu-debu dari udara yang engkau hirup.

Duhai putriku, banyak hal yang membuat ayah tak berdaya sebagaimana tak berdayanya menahan tangis agar tak berbulir terjatuh. Ini tanda kelemahan dari ketertindasan yang tak bisa di lawan. Ini tanda kepengecutan dari ketidakberanian bermimpi berbebas dan menyatakannya dengan lebih herois.

Maafkan ayahmu, duhai putriku. Semoga engkau memahaminya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar