Selasa, 06 Mei 2014

TERARUS DALAM ALIRAN DZIKIR



TERARUS DALAM ALIRAN DZIKIR

Saatnya merumput di padang subur nan rimbun bersama sohib semajlis, berlezat dengan hidangan dzikir, berhirup semerbak aroma buhur dan berlagu merdu irama darasnya.

Hatiku mulai diserbu rindu menggebu: Siapa yang menyeru namaNya hingga hati yang keras menjadi leleh? Siapa yang  memangil namaNya hingga hati menjadi tenang karnanya? Dan siapa yang sebut namanya berulang hingga hati larut dalam namaNya?

Dalam himpitan imanensi yang mendesak, bersama kalimat dzikir merubah menjadi butiran cahaya, kedirian pengucap melenyap terarus dalam aliran sungai menderas menuju lautanNya tak berpantai, menyatu tanpa berbeda, melebur tanpa berpisah.

Aneh, saat akal di minta melukis, dia terdiam. Saat mulut di minta mengungkap, dia bersunyi. Saat mata diminta melihat, dia terbutakan. Lalu gerangan apa yang terjadi?

Kata lao tze: Tao yang dapat di kata bukanlah tao sesungguhnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar