Kamis, 17 April 2014

AKU DIANTARA PRAHARA DAN JIWA PEMBERANI



AKU DIANTARA PRAHARA DAN JIWA PEMBERANI

Rinai hujan penuhi sampanku, aku telah terbiasa sabar olehnya tapi angin menderas  mengganasnya masih mengombang- ambingkan jiwa, menyobekkan layarnya bahkan sesaat lagi mungkin tiangnya patah.  

  Aku terperangkap lagi disini, mencari ceruk tuk sembunyi atau goa tuk berlindung, menunggu hujan mereda dan badai berlalu.   

 Aku merindu jiwa pejuangku terbakar dan dengan nyalanya terangi langkah, mengalahkan penghalang dan memenangkan tiap pergumulan.
  
   Aku melihat dari pintu goa burung pemberani tangguh melawan hujan dan gagah menembus angin meski tuk kemudiam terjatuh dan terhempas diatas batu.  

  Jiwaku berkata: Tragedi itu memurnikanmu dari loyang terlihat berkilau tapi bukan permata. Prahara itu menguatkanmu dari kemanjaan kemapanan.

Jiwaku berterteriak lantang: Akulah sang pemberani itu...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar