AKU
DIANTARA PRAHARA DAN JIWA PEMBERANI
Rinai hujan penuhi sampanku, aku
telah terbiasa sabar olehnya tapi angin menderas mengganasnya
masih mengombang- ambingkan jiwa, menyobekkan layarnya bahkan sesaat lagi mungkin tiangnya patah.
Aku
terperangkap lagi disini, mencari ceruk tuk sembunyi atau goa tuk berlindung,
menunggu hujan mereda dan badai berlalu.
Aku merindu jiwa pejuangku terbakar dan dengan nyalanya terangi
langkah, mengalahkan penghalang dan memenangkan tiap pergumulan.
Aku melihat dari pintu goa burung
pemberani tangguh melawan hujan dan gagah menembus angin meski tuk
kemudiam terjatuh dan terhempas diatas batu.
Jiwaku berkata: Tragedi itu memurnikanmu dari loyang terlihat berkilau
tapi bukan permata. Prahara
itu menguatkanmu dari kemanjaan kemapanan.
Jiwaku berterteriak
lantang: Akulah sang pemberani itu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar