DARI SHOD MENUJU SIN
Aku melihat langit muram dan
bersedih, bintang tak lagi benderang, rembulan tak lagi bercahaya. Rinai hujan
dan badai kencang tak lagi menenangkan hati.
Shoderku kian terengah mengejar
sidroh tertinggi, dari kerendahanku dari kejauhanku telihat jelas menanti. Hati
kian terpasung birahi bukan lagi cinta mendesak, kaki terbelenggu oleh beban
yang tak ingin melepas dan mata tertabur debu yang berkilau.
Aku tak lagi meneguhkan maqomku tak
lagi setia akan ahwalku, bagaimana mushahadah tidak dangkal, ma’rifat tidak
rendah?
Aku merasa shoderku memburu berlari
cepat dan melihat sidrohku menunggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar