SANG LEBAH, DIANTARA
MADU DAN SENGAT
Aku berlari menuju goa sembunyiku
ketika aku tak berdaya jadi pembelamu, saat engkau berjalan ditengah keramaian
dan para tetua masayarakat menghujatmu: lihat, silebah telah keluar dari
sarangnya. Siapa lagi yang akan disengatnya?
Padahal kutahu pasti, dia lebah
penghasil madu unggul. Bagaimana wajah kehidupan tanpa madu kemanisan terkecap?
Bagi yang terlatih merubah racun menjadi obat, kehadiran madu kurang berarti
tapi bagaimana yang belum bisa temukan kemanisan dibalik empedu kehidupan?
Murah hatinya persilahkan tiap jiwa
mencicipi bahkan mereguk sampai puas. Kehadirannya menjadi surga bagi sekitar. Sayang
keserakahan menghujani mereka dan merubah madu menjadi racun mematikan,
mengubah surga yang melegakan menjadi neraka yang menyesakkan dada.
Untuk mengingatkan mereka, sang lebah
menjadi penyengat kejam. Karna sengatannya musuh lembut menyelinap halus.
Diujung keremangan senja sang lebah
kembali kesarang sembari berbisik: aku mengenalkan madu dan memberi surga
sebagai tempat bernyataku. Temukan tiadaku yang abadi dalam madu dan surga di
kerajaan jiwa. Itulah yang kan tenangkan jiwa dan hilangkan serakahmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar