HARUS BERAPA HASTA
LAGIKAH?
Apa yang merintang perjalanan sungaiku
hingga lautNya tak segera bertemu. Terlihat hanya tujuan yang masih menjauh,
batu penghalang yang memperlambat dan airku yang mulai kelelahan. Bosan menyergap
dan putus asa nyaris membeleggu kaki.
Kata muara: Tak ada yang membuat
jarak apalagi ruang yang merintang. Matamu berkabut hingga menghalangi melihat
tujuanmu. Telingamu tertutupi hingga suara gemericikNya tak terdengar. Aku menunggu
di ujung ketakberdayaanmu. Aku adalah tempat pertemuanmu.
Ketidaksanggupan sungaiku menuju
muaraku apalagi bersatu dengan lautan membuat dia merendah, tak ada lagi ucap
bersuara lautan atau kehendak mensejajarkan diri dengan muara apalagi lautan.
Ya...harus berapa hasta lagikah untuk
mengetahui manusia adalah lemah dan hajat akan tongkat penuntun dan tempat
bersandar?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar