CARI YANG LEBIH MISKIN
DARI MEREKA
Mengenang kembali tangan-tangan
dermawan, menabur benih diladang gersang tangan menengadah, menyirami dengan kerendah
hatian, menjaga segenap perhatian, sayang sebelum bertunas dan berbuah angin
kejam melenyapkannya. Mereka terus menjerit lapar padahal di kantong lapuk tersembunyi
butiran permata.
Kata angin: Carilah yang lebih miskin
dari mereka, dimana rasa malu menjadi perhiasan dan meminta adalah sebuah
kehinaan.
Waktu berlalu memperjalankan
jiwa-jiwa dermawan dalam tempat-tempat penuh kemegahan tapi pengisinya hanya
jiwa-jiwa budak, dalam ruang-ruang kemewahan tapi pengisinya hanya jiwa-jiwa
miskin.
Tak ditemukan gubug reot dengan
penghuni kaya hati, tak ditemukan jiwa bersih dibalik pakaian kumal.
Jiwa dermawan terus mencari dalam
sunyi mengayun dalam bisu, mencari sipenerima tapi menolak pemberian, mencari
sipenerima tapi mencukupkan diri, sembari melangkah mengulang kata muhammad:
apabila dia memberi apa yang tidak dipinta dan tak membuat tamak, maka ambillah
karna itu adalah jatahmu, jika tidak tangguhkanlah.
Mungkinkah dia menemukannya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar