Sabtu, 26 April 2014

RINDUKU PADAMU, DUHAI GURU MURSYIDKU



RINDUKU PADAMU, DUHAI GURU MURSYIDKU

Aku menangis sakit saat pukulan kenangan menghantam dada. Aku melihat sang guru terdiam memendam rindunya padaku, pada murid bodohnya yang harus terus direndam agar tetap basah.

Kini dengan berbangga, aku telah keluar dari laut dan kulihat engkau menangis tersedu. Suara paraunya sampai ketelinga jiwaku lewat hembusan angin semilir: Kembalilah ke laut. Engkau belum siap. Angin akan mengeringkanmu, mentari akan membakarmu, pasir akan mengotorimu.

Kata sang guru: Saat engkau telah memasuki kemahku dan telah pasrahkan jiwamu dalam pengawasanku, engkau tak bisa keluar lagi. Masihkah tak kau rasakan cinta mendesakku saat  kita sepiring bernafas dan seranjang berselimut kerinduan akan misteri hidup yang hendak engkau singkap.

Aku menangis saat keluar dari kemah kusadari aku telah melepas indah surgaku demi wangi neraka yang menipu.

Kata sang guru: engkau boleh keluar dari kemahku saat engkau siap. Aku belum ijinkan ketika engkau belum pahami beda cinta mendesak dan nafsu membakar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar