RINDUKU PADAMU, DUHAI GURU
MURSYIDKU
Aku menangis sakit saat pukulan
kenangan menghantam dada. Aku melihat sang guru terdiam memendam rindunya
padaku, pada murid bodohnya yang harus terus direndam agar tetap basah.
Kini dengan berbangga, aku telah
keluar dari laut dan kulihat engkau menangis tersedu. Suara paraunya sampai
ketelinga jiwaku lewat hembusan angin semilir: Kembalilah ke laut. Engkau belum
siap. Angin akan mengeringkanmu, mentari akan membakarmu, pasir akan
mengotorimu.
Kata sang guru: Saat engkau telah
memasuki kemahku dan telah pasrahkan jiwamu dalam pengawasanku, engkau tak bisa
keluar lagi. Masihkah tak kau rasakan cinta mendesakku saat kita sepiring bernafas dan seranjang
berselimut kerinduan akan misteri hidup yang hendak engkau singkap.
Aku menangis saat keluar dari kemah
kusadari aku telah melepas indah surgaku demi wangi neraka yang menipu.
Kata sang guru: engkau boleh keluar
dari kemahku saat engkau siap. Aku belum ijinkan ketika engkau belum pahami beda
cinta mendesak dan nafsu membakar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar