KISAH ISTANA RERUNTUHAN
Aku
melihat dengan mataku, istana yang terbangun susah payah itu harus runtuh oleh
pondasi yang rapuh.
Entah
mengapa batu-batu mudah pecah oleh pikiran dangkal dan prasangka jahat.
Semen penguatpun tak lagi mencengkram karena hubungan tak dilandasi kerinduan
saat berjarak, andaipun ada kerinduan bukan berdasar pada kecintaan.
Kukatakan
padanya: Jangan diam mematung tapi katakan dengan lebih revolusioner.
Katamu:
Sudah...Penjelasan terangpun tak bisa silaukan mata
terpejam, lalu buat apa
bertutur? Nilai-nilai yang ku perjuangkan tinggi sepanjang hidup di anggap
sampah terbuang, lebih baik ku mundur sekarang.
Aku
melihat engkau berdiri diistana reruntuhanmu sekarang. Kulihat engkau tersenyum
pertanda kemenanganmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar